BAB I
PENGERTIAN DAN SEJARAH
A. Pengertian
Hari raya Idul Adha adalah hari raya kedua
terbesar umat Islam setelah Idul Fitri. Hari yang diperingati sebagai momentum
sejarah yang melambangkan tingkat ketakwaan yang tinggi dari seorang Nabi
Ibrahim a.s. dan putranya Nabi Ismail a.s.Sudah sepatutnya mental seperti ini
tertanam di hati setiap orang.
Idul Adha dapat diartikan sebagai semangat
untuk berqurban. Idul Adha sangat berkaitan erat dengan keharusan umat Islam
yang mampu untuk menunaikan ibadah haji. Idul Adha juga menyadarkan kita bahwa
kepatuhan kepada Allah s.w.t. adalah kepatuhan yang tidak dapat ditawar maupun
dilakukan setengah hati. Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ismail yang telah
menghapus gundah hati sang ayah, bahwa jika menyembelihnya adalah perintah
Allah, maka seharusnya dipatuhi dan dilaksanakan sepenuh hati. Dalam posisi
yang begitu diuji dan mereka sabar, Allah menggantikan Nabi Ismail yang hendak
disembelih dengan seekor domba yang menandakan bahwa apa yang diperintahkan
Allah semata-mata untuk menguji tingkat iman dan takwa hambaNya.
Sudahkah kita memahami arti Idul Adha
dengan baik? Idul Adha bisa diartikan secara harfiah saja dan sebagian lainnya
lagi mengartikannya lebih dari itu. Dari sekian hari raya Idul Adha yang kita
lewati, alangkah baiknya bila kita tak melulu hanya sebagai bagian yang
meramaikan saja, tetapi juga sebagai salah seorang yang dapat menyumbangkan
hewan qurban untuk disembelih dan dibagikan bagi saudara-saudara kita yang
tidak mampu.
Idul Adha bisa diartikan juga sebagai saat
yang mengingatkan kita tentang pentingnya jiwa sosial bagi setiap insan manusia
yang bertakwa. Hal ini pula yang tersirat pada salah satu sisi penting dalam
pakaian ihram dalam ibadah haji yang serba putih dan dipakai oleh umat Islam
yang sedang menunaikan ibadah haji, yaitu makna kesetaraan. Tidak lagi
ada perbedaan status sosial, ekonomi, maupun sikap membanggakan keturunan di
hadapan Allah. Hal yang menjadi pembeda manusia di hadapanNya adalah tingkat
ketakwaan. Semoga Idul Adha tahun ini menjadi salah satu Idul Adha terbaik yang
pernah kita lalui dalam hidup.
B. SEJARAH
Kata
Idul Adha artinya kembali kepada semangat berkurban. Berbeda dengan IdulFitri yang artinya kembali kepada fitrah. Bila
Idul Fitri berkaitan dengan ibadahRamadhan,
di mana setiap hamba Allah selama Ramadhan benar-benar disucikansehingga
mencapai titik fitrah yang suci, tetapi dalam Idul Adha tidak demikian.
IdulAdha lebih berupa kesadaran sejarah akan kehambaan yang dicapai nabi
Ibrahim dannabi Ismail alaihimus salam.
Karenanya di hari tersebut ibadah yang paling utamaadalah menyembelih kurban sebagai bantuan
terhadap orang-orang miskin.Dalam
surah Ash Shaffat 100-111, Allah swt. menggambarkan kejujuran nabiIbrahim
dalam melaksanakan ibadah kurban. Indikatornya dua hal:
Pertama, al-istijabah
al fauriya, yakni kesigapannya
dalam Melaksanakan perintah
Allah sampai pun harus menyembelih putra kesayangannya.Ini nampak ketika nabi Ibrahim langsung menemui putranya Ismail
begitumendapatkan perintah untuk menyembelihnya. Di saat yang sama ia langsungmenawarkan
perintah tersebut kepadanya. Allah berfirman:
“Maka tatkala anak
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpibahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
dan
ternyata al-istijabah al fauriyah ini
nampak juga pada diri Ismail ketika menjawab:
“Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kedua, shidqul istislam,
yakni kejujuran dalam melaksanakan perintah. Allah
berfirman:
“Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah
kesabaran keduanya).”
Inilah
pemandangan yang sangat menegangkan. Bayangkan seorang ayah dengan jujur sedang siap-siap melakukan
penyembelihan. Tanpa sedikitpun ragu. Kata aslamaa yang artinya keduanya
berserah diri menunjukkan makna bahwa penyerahan diri tersebut tidak hanya terjadi sepihak, melainkan kedua belah pihak
baik dariIbrahim maupun Ismail. Di
sanalah hakikat kehambaan benar-benar nampak. Bahwa sang hamba tidak ada pilihan kecuali patuh secara
tulus kepada Tuhannya. Suatu teladan
kehambaan yang harus ditiru setiap orang beriman yang berjuang menujuderajat
kehambaan. Karenanya pada ayat 100 setelah itu, Allah menegaskan bahwakeduanya
benar-benar hamba-Nya, Allah berfirman: “Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba
Kami yang beriman.”Dari sini nampak bahwa untuk mencapai derajat kehambaan
sejati, tidak ada lain kecuali dengan
membuktikan al istijabah
Al fauriyyah dan shidqul istislam Nabi Ibrahim
dan nabi Ismail telah membuktikan kedua hal tersebut. Allah SWT. yang Maha Mengetahui telah merekamnya. Bila Allah yang
mendeklarasikannya maka itu persaksian
yang paling akurat. Tidak perlu diperbincangkan lagi. Bahkan Allah Swt. mengabadikannya
dengan menjadikan hari raya Idul Adha. Supaya semua hamba Allah setiap
tahun selalu bercermin kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Dengan demikian, esensi Idul Adha bukan semata
ritual penyembelihan kurban,melainkan lebih dari itu, membangun semangat kehambaan
nabi Ibrahim dan nabi Islamil dalam kehidupan sehari-hari. Syariat berkurban merupakan warisan ibadah yang
paling tua. Karena berkurban mulai
diperintahkan saat Nabiyullah Adam ‘alaihis salam tidak menemukan cara yang adil dalam menikahkan anak-anaknya yang
kembar. Meskipun sudahdiputuskan
menikah secara silang. Sampai akhirnya Allah swt mewahyukan agar kedua
anak Adam, Habil dan Qabil melaksanakan kurban untuk membuktikan siapa yang diterima.
Habil berkurban dengan ternaknya –unta- dan Qabil berkurban dengan tanamannya
–gandum.
BAB
II
HUKUM
SHOLAT IDUL ADHA
Hukumnya adalah sunnah, namun menurut pendapat yang
lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik
laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim. Dalil dari hal ini adalah
hadits dari riwayat Bukhori dan Muslim.
أمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَتْ : أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالأَضْحَى
الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ
فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ .
قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ :
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Artinya: ”Ummu Atiyyah berkata:
Rasulullah menyuruh kami perempuan untuk keluar di Idul Fitri dan Idul Adha.
Baik wanita yang baru balig, wanit` sedang haid dan wanita perawan. Sementara
orang yang haid dipisahkan dari (tempat) shalat.Agar mereka dapat menyaksikan
kebaikan dan doa umat Islam."Saya berkata, ‘WahaiRasulullah, ada di antara
kami yang tidak mempunyai jilbab. "Beliau mengatakan, "Sebaiknya
saudara perempuannya memberinya jilbab."
Di
antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid
Asy Syaukani). Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam terus menerus melakukannya.
Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin
untuk keluar rumah untuk menunaikan shalat ‘ied. Perintah untuk keluar rumah
menunjukkan perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied itu sendiri bagi orang yang
tidak punya udzur. Di sini dikatakan wajib karena keluar rumah merupakan
wasilah (jalan) menuju shalat. Jika wasilahnya saja diwajibkan, maka tujuannya
(yaitu shalat) otomatis juga wajib.
Ketiga: Ada perintah dalam Al Qur’an yang menunjukkan wajibnya shalat ‘ied
yaitu firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat
dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
Maksud ayat ini adalah
perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.
Keempat: Shalat jum’at menjadi gugur bagi orang yang telah melaksanakan shalat
‘ied jika kedua shalat tersebut bertemu pada hari ‘ied. Padahal sesuatu yang
wajib hanya boleh digugurkan dengan yang wajib pula. Jika shalat jum’at itu
wajib, demikian halnya dengan shalat ‘ied. –Demikian penjelasan Shidiq Hasan
Khon yang kami sarikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Pendapat
yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih
kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi
sebagian orang saja). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah
(dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu
beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali,
-pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat
‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang
meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang
terbesar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan
bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum
pria?”
BAB
III
TATA
CARA SHOLAT ‘IDUL ADHA
A. Sholat
1.
Berdiri tegak seperti shalat fardhu,
lalu membaca lafal niat shalat, ini niatnya:
أصلي
سنة عيد الأضحي ركعتين إماما/مأموم للة تعالي
Untuk imam, lafadz
ma’muman diganti imaman.
2.
Setelah itu membaca kalimat takbir
"ALLAAHU AKBAR" sambil mengangkat kedua tangan seperti shalat fardhu
dan hatinya niat.
3.
Setelah itu kedua tangan bersedekap
dan membaca doa iftitah.
4.
Setelah membaca doa iftitah,
dilanjutkan dengan membaca tasbih
سُبْحَانَ
اللهْ وَالْحَمْدُ لِلهْ وَلآ اِلَهَ اِلَّا اللهْ وَاللهُ اَكْبَرْ
5.
Setelah membaca tasbih, tangan diangkat
kembali setinggi bahu sambil membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR".
Setelah itu tangan kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang
kedua. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang
ketiga. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir
yang keempat. Setelah itu kembali-bersedekap, membaca tasbih dan melakukan
takbir yang kelima. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan
melakukan takbir yang keenam. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih
dan melakukan takbir yang ketujuh. Setelah itu kembali bersedekap.
6.
Setelah selesai melaksanakan 7 kali takbir,
dilanjutkan dengan membaca ta'awwudz dan surat Al-Fatihah, surat atau ayat-ayat
tertentu (makmum hanya membaca Al-Fatihah),
7.
Ruku,
8.
I 'tidal,
9.
Sujud,
10.
Duduk di antara dua.
11.
Sujud, dan sujud yang kedua.
12.
Setelah sujud yang kedua, langsung berdiri
sambil membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan. Lalu bersedekap membaca
tasbih (lafalnya sama dengan lafal tasbih pada rakaat pertama).
13.
Setelah selesai membaca tasbih, dilanjutkan
dengan membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR" sambil mengangkat kedua
tangan. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir
yangkedua. Setelah itu kembali bersedekapj membaca tasbih dan melakukan takbir
yang ketiga. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan
takbir yang keempat. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan
melakukan takbir yang kelima. Setelah itu kembali bersedekap.
14.
Setelah selesai melaksanakan 5 kali takbir,
dilanjutkan dengan membaca ta'aWwudz dan surat Al-Fatihah, surat atau
ayat-ayatteitentu,
15.
Kemudian ruku,
16.
I'tidal.
17.
Sujud.
18.
Duduk di antara dua sujud, sujud yang kedua
19.
Tasyahud akhir.
20.
Setelah itu memberi salam ke kanari dan ke
kiri. Setelah selesai melaksanakan shalat id ini, dilanjutkan , dengan 2
khutbah, baik dilakukan oleh imam shalat id pada saat itu, maupun oleh orang
lain yang telah ditunjuk sebagai khatib. Sedangkan makmum
(jamaah) mendengarkannya dengan penuh perhatian hingga
selesai.
B. Sunah-Sunah Sebelum Shalat Idul Adha
Ø
Berjalan kaki menuju tempat sholat.
“Rasulullah SAW biasa berangkat sholat Ied dengan berjalan kaki, begitu pula
ketika pulang ”(Ibnu Majah) “Rasulullah saw jika melaksanakan sholat ied beliau
melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang “(HR. Bukhori).
Ø
Mandi dan memakai pakaian bagus.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar ra biasa memakai pakaian yang bagus pada saat
sholat Ied.
Ø Tidak
makan sebelum Sholat Idul Adha. “Abu Raidah ra mengatakan, Nabi saw tidak
keluar menuju sholat Idul fitri sebelum makan dan pada hari raya idul adha
beliau tidak makan sebelum pulang dari tempat sholat kemudian memakan
sembelihan beliau” (Tirmidzi, hasan).
C. Kutbah
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبُو بَكْرٍ
وَعُمَرُ رضى الله عنهما يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَة
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan
shalat ‘ied sebelum khutbah.”
Setelah melaksanakan shalat ‘ied,
imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali
seperti khutbah Jum’at). Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai
mimbar. Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah” (ucapan
alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak
diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallammembuka khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun
beliau memang sering mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi,
hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan
bacaan takbir.”[34]
Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah
‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,
إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ
فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang
mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin
pergi, silakan ia pergi.”
Adapun rukun
khutbag adalah
1.
Takbir 9x takbiran pada khutbah
pertama dan 7x pada khutbah ke dua
2.
Memuji kepada Allah SWT.
3.
Membaca sholawat.
4.
Wasiat untuk bertaqwa.
5.
Membaca ayat al-Qur’an pada salah
satu khutbah.
6.
Membaca doa kepada orang-orang
muslim.
C.
Bacaan bilal
·
Saat akan melaksanakan shalat idul adha
صلوا سنة عيد الأضحي
ركعتين جماعة رحمكم الله
·
Saat akan khutbah (khotib naik ke mimbar)
لله أكبر الله أكبر الله
أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
يا معا شرالمسلمين وزمرة
المؤ منين رحمكم الله. اعلموا أن يومكم هذا يوم عيد الأضحى ويوم السّرور ويوم المغفور. أحلّ الله لكم
الطّعام. وحرّم الله عليكم اصّيام. إذا صعد الخطيب على المنبر أنصتوا أثا بكم الله
واسمعوا أجار كم الله. وأطيعوا رحمكم الله.
اللّهمّ
صل على سيدنا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا
ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا محمّذ.
اللّهمّ
قوّالإسلام والإيمان من المسلمين ولمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم
والأموات. وانصر هم على معاندى الدّين. واختم لنا منك بالخير وايا خيرالنّاصرين
برحمتك ياأرحم الرّاحمين.
·
Saat khotib duduk
diantara dua khutbah.
اللّهمّ
صل على سيدنا ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا محمّذ.
D.
Contoh khutbah idul adha
الله
أكبر x9 الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً وسبحان
الله بكرة وأصيلاً. الله أكبرماتحرّك متحرّك ورتج ولبّى محرم وحجّ، وقصدالحرم من
كلّ فجّ، وأقيمت لله فى هذه الأيّام منا سك الحخّ، الله أكبر ما نحرت بمنى
النّحا ئر، وعظّمت لله الشعائر، وسارإلىالجمرات سائر،وطاف باالبيت العتيق زائر،
الله أكبر إذا ساروا قبل طلوع الشّمس إلى منى، ورموا جمرة العقبة
وقد بلغوا المنى، وتقرّبوا إلى الله با لهدايا، وحلّقوا رؤسهم وقصّروا ونحروا،
وحمدوا الله على تمام حجّهم وشكروا، أولئك يؤتون أجرهم مرّتين بما صبروا.
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا
للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّابَعْدُ؛
فَيَاعِبَادَاللهِ،أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى
اللهِ
فَقَدْ فَازَ
الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ
Saudara-saudara
yang berbahagia
Dengan takbir “ ALLAHU AKBAR”, Allah Maha Besar, kita tanamkan keyakinan
tentang kebesaran allah, sesungguhnya hanya allah yang maha besar, sedang
selain allah adalah kecil. Adapun yang telah kita bangga-banggakan dari
kekayaan harta, kebesaran pangkat dan segala kemewahan dunia, semuanya kecil
dan tiada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan kekuasaan allah. Dengan
demikian tidak ada perlunya kita membangakan kekayaan, karena kekayaan adalah
kecil, tidak ada perlunya kita membangakan pangkat, karena pagkat adalah kecil,
tidak ada perlunya kita memamerkan keahlian, karena prestasi atau keahlian
adalah kecil, semua kecil yang maha besar adalah allah, pencita alam semesta,
dialah yang berhak untuk disembah, “LAA ILAAHAILLALLAH” . Dialah yang Dia-lah yang mempunyai segala kelebihan
sehingga Dia pula lah yang patut dipuji, “WALILLAAHILHAM” dan hanya Allah
segala puja dan puji.
Saudara-saudara
muslim yang berbahagia
Sehubungan
ibadah qurban ini, marilah kita melihat kembali sejarah atau pengorbanan Nabi
Ibrahim terhadap puteranya tercinta, yaitu Nabi Ismail. Betapa besar
pengorbanan beliau demi pengabdiannya kepada Allah SWT. Tidak hanya koban
memotong ternak, tetapi beliau rela menyembelih puteranya Ismail demi memenuhi
perinyah Allah. Allah berfirman dalam surat as-shafaat ayat
99-109.
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِين (99) رَبِّ
هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (101)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا
وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104)قَدْ
صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا
لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا
عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109)
“Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku
pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku(99). Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh(100). Maka Kami beri dia kabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar(101). Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar"(102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya)(103). Dan Kami panggillah dia: "Hai
Ibrahim(104). sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik(105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata(106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar(107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian(108). (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan
atas Ibrahim"(109)”. (Qs. As-shafaat: 99-109)
Demikianlah Allah berkenan membalas pengorbanan Ibrahim yang telah
berserah diri memnuhi perintah Allah. Semoga peristiwa yang sejarah ini dapat
kita jadikan sebagai pelajaran untuk berserah diri kepada Allah dan berkorban menuju
kejalan yang diridhoi Allah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ ولجميع المسلين إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوه.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ
عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا
لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ
رَّحِيْمٌ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةًوَقِنَاعَذَابَالنَّارِ.
عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ